DISUSUN OLEH
USNA
MARIANI
NIM : 1214015009
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU
BUDAYA
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
2012
Judul : Aku Mencintainya Mama
Penulis : Fredy .S.
Penerbit : Bintang Indonesia, Jakarta
Cetakan : Pertama tahun 1999
Tebal buku : 128 halaman
SINOPSIS
Novel
ini menceritakan tentang seorang lelaki kaya raya, tampan, dan punya
segalanya, yang di idolakan para gadis
di sekolahnya karena parasnya yang begitu tampan. Sehingga siapa saja yang
melihatnya akan terpana dengan paras wajahnya yang begitu tampan. Dia bernama
Rian, Rian yang selalu saja bertingkah usil suka menggoda para gadis, namun
semua itu berubah ketika dia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Tias
seorang gadis cantik yang membuat Rian jatuh cinta pada pandangan pertama, dia
pula yang membuat Rian berubah menjadi lelaki pendiam dan tak lagi menggoda tiap
gadis-gadis yang berpapasan dengannya. Baik di jalan mau pun gadis di
sekolahnya.
Saat
pertemuan di mall dimana kejadiannya Tias begitu jutek dan kesal ketika Rian
menggodanya, dengan sikap usilnya. Wanita manis ini mengancam jika Rian masih
saja menggodanya dan tak memberinya jalan untuk pulang dia akan berteriak. Rian
pun segera menyingkir, dalam wajah yang masih terpana dengan kecantikan wanita
manis ini. Yang dianggapnya mirip dengan artis Sandra Dewi.
Karena
rasa penasaran Rian dan terlebih-lebih wanita ini telah membuatnya merasakan
cinta pandangan pertama untuk pertama kalinya, yang membuat Rian menjadi murung
tak lagi menggoda gadis manapun. Perasaan gelisah dan penasaran ini yang
membuat Rian gelisah ingin tau lebih banyak dan kenal lebih dekat dengan wanita
itu. Namun apa daya Rian, namanya saja
Rian pun tak tahu. Akhirnya Rian memutuskan untuk menunggu terus setiap pulang
sekolah, di tangga mall tempat Rian bertemu dengan wanita manis yang membuatnya
menjadi tak karuan. Tapi sayangnya dia tak juga menjumpai gadis itu.
Hingga
suatu hari ketika dia menunggu di mall ada seorang wanita paroh baya yang
kecopetan , Rianlah yang menolong wanita
paroh baya itu, yang tak lain wanita itu adalah ibu dari gadis yang dicari-carinya
selama ini. Wanita paroh baya itu mengajak Rian ke rumahnya, Rianpun menurut
namun betapa kagetnya Rian ternyata wanita yang dicarinya selama ini ada di
rumah yang dia datangi sekarang. Dirumah inilah Rian mengetahui wanita itu telah memiliki seorang anak, dari
perbuatan sopir taksi yang telah menodainyai. namun rasa cinta Rian tak berubah
dia mengatakan cinta kepada Tias bahwa dia mencintainya dengan tulus. Di sisi
lain pula Tias memang merasakan rasa
cinta yang sama kepada Rian. Dan akhirnya mereka pun menjalin hubungan
berpacaran.
Namun
cinta mereka tak berjalan mulus, karena ibu Rian tak merestui hubungan mereka
karena Status Tias yang telah memiliki anak namun belum menikah. Tetapi cerita
cinta mereka berakhir bahagia. Rian dan Tias,bersatu dengan iringanrestu orangtua mereka termasukibu Rian
yang luluh hatinya karena kebaikan hati dan ketulusan Tias.
TEMA
Apabila anda
menyerah untuk mendapatkan sesuatu maka di saat itulah anda telah gagal.
TOKOH DAN PENOKOHAN
1.
Rian :
a.
Rian anak yang tampan. Bukti pendukung ada pada
halaman 7 dan 8, paragraf 3.
ð
Gadis mana sih, yang tidak akan merasa senang
dan tersanjung, kalu disapa dengan kalimat pujian oleh pemuda setampan Rian.
b.
Anak dari tentara berpangkat Mayor, sementara
ibunya seorang guru di sebuah SMP favorit. Rian berasal dari keluarga yang
berada.
c.
Suka menggoda wanita. Bukti pendukung ada pada
halaman 7, paragraf 2.
ð
Sepanjang perjalanan dari lantai dasar ke lantai
tiga, tak henti-hentinya jika bertemu dengan anak gadis, Rian menggoda mereka
dengan sapaan-sapaan jailnya.
d.
Tidak mudah putus asa. Bukti pendukung ada pada
halaman 13, paragraph 2
ð
“Mau ngapain?” Tanya Seno
“Aku ingin kenalan.”
“Aduh, Rian… tadi kan kamu dengar
sendiri, kalau dia tidak mau berkenalan ama kamu,” kata Andri.
“Aku tidak perduli. Aku harus mengenal
siapa namanya…!”
Usai berkata begitu, tanpa menunggu
reaksi ketiga temannya, Rian langsung berlari kea rah pintu keluar mall dimana
tadi gadis itu menuju. Dan sesampainya di luar, Rian pun berusaha menemukan
gadis itu. Namun meski dia sudah berjalan kesana-kemari di depan mall itu,
tetap saja dia tidak berhasil menemukannya.
e.
Suka menolong. Bukti pendukung ada pada halaman
43, paragraf 2.
ð
Rian memang suka iseng dan menggoda gadis. Namun
dia juga sangat perduli pada orang lain, terutama orang yang sedang mengalami
kesusahan. Bukan hanya sekali saja Rian menolong orang , tetapi sering. Dan
karena rasa kepeduliannya terhadap sesama itu, membuat Rian seketika
menghentikan langkahnya begitu mendengar suara seorang ibu menjerit meminta
tolong.
2.
Tias :
a.
Tidak yakin. Bukti pendukung ada pada halaman
31, paragraf 1.
ð
“Bagaimana kalau dia kecewa setelah tau siapa
Tias yang sebenarnya, Bu?”
“Ya sudah. Itu berarti dia tidak
tulus mencintaimu. Ibu yakin, kalau cintanya padamu tulus, pasti dia akanmau
menerima kamuapa adanya.”
“Tias belum berani, Bu.Tias belum
siap menghadapi kenyataan yang bakal terjadi
3.
Ibu Rian :
a. wanita
yang baik tetapi orang yangtak mau dipandang remeh. Bukti pendukung ada pada halaman 80
paragraf 3
ð
“Mama pun tidak menyalahkannya, Ria. Mama tahu
dia memanggadis baik. Tapi ya Tuhan… apa nanti kata keluarga mama dan keluarga
papamu. Kalau sampai mereka tahu kamu berhubungan dengan gadis yang sudah punya
anak? Mama tidak bisa membayangkan bagaimana sikap keluarga kita jika hal itu
terjadi, Rian…”
4.
Ibu Tias :
a.
Wanita yang bijaksana. Bukti pendukung ada pada
halaman
ð
“Ya sudah, kalau begitu jangan memaksakan diri.
Dan sebaiknya kamu jangan terlalu
memikirkannya . Kalau dia memang jodohmu, dan perasaan cintanya padamu tulus, ibu yakin suatu saat
dia pasti akan menemuimu
5.
Ibu Seno :
a.
Wanita yang perhatianbukti pendukung ada pada
halaman
ð
“Jangan berbohong, Rian. Itutidak baik…”kata ibu
Seno. “Dari wajahmu, Tante bisa tahu kalau kamu sedang punya masalah. Katakana
pada Tantedan Om, ada apa sehingga kamu malam-malam kemari?”
b.
Bijaksana bukti pendukung ada pada halaman 91
paragraf 3
ð
“Ya, semula mamamu tak tahu kalau Tias sudah
punya anak. Dan begitu mamamu tahu gadis itu sudah punya anak, tentu saja
mamamu Shock. Sehingga mamamu pun jadi tak bisa
berpikir secara jernih, karena mamamu belum bisa menerima kenyataan yang
ada…..” tutur ibu Seno berusaha menjelaskan.
6.
Ayah Rian :
a.
Lelaki yang bijaksana. Bukti pendukung ada pada
halaman 115, paragraf 4.
ð
“Jangan kamu merendahkan dirimu, Tias. Bapak
menilai, kamu pun gadis baik. Cinta kasihmu tulus dan suci. Hatimu bersih. Apa
yang terjadi padamu, bukan kesalahanmu. Tak seorang pun yang ingin mengalami
hal seperti yang kamu alami, Tias…”
7.
Ayah Seno :
a.
adalah bawahan ayah Rian di kesatuan militer
bukti pendukung ada pada halaman 86 paragraf 1
ð
apalagi hubungan keluarga mereka dengan keluarga
Rianto juga baik. Maklumlah, ayah Rianto
adalah atasan ayah Seno di kesatuan
8.
Andri :
a.
Setia kawan. Bukti pendukung ada pada halaman 8,
paragraf 1.
ð
Mereka tahu sikap Rian, jadi bagi mereka apa
yang dilakukan oleh pimpinan mereka sudah biasa. Bahkan bukan sekali dua kali
mereka harus berantem dengan orang lain, karena si gadis yang digoda oleh Rian
mengadu pada cowoknya.
b.
Anak orang berada. Bukti pendukung ada pada
halaman 8, paragraph 2.
ð
Andri, ayahnya seorang pengacara, sementara
ibunya seorang bidan.
9.
Rudi :
a.
Setia kawan. Bukti pendukung ada pada halaman 8,
paragraf 1.
ð
Mereka tahu
sikap Rian, jadi bagi mereka apa yang dilakukan oleh pimpinan mereka sudah
biasa. Bahkan bukan sekali dua kali mereka harus berantem dengan orang lain,
karena si gadis yang digoda oleh Rian mengadu pada cowoknya.
b.
Anak orang berada. Bukti pendukung ada pada
halaman 8, paragraph 2.
ð
Rudi, ayahnya seorang polisi berpangkat IPTU.
1
Seno :
a.
Setia kawan. Bukti pendukung ada pada halaman 8,
paragraf 1.
ð
Mereka tahu sikap Rian, jadi bagi mereka apa
yang dilakukan oleh pimpinan mereka sudah biasa. Bahkan bukan sekali dua kali
mereka harus berantem dengan orang lain, karena si gadis yang digoda oleh Rian
mengadu pada cowoknya.
b.
Anak orang berada. Bukti pendukung ada pada
halaman 8, paragraph 2.
ðSeno misalnya. Ayahnya seorang tentara
berpangkatLetnan Satu.
ALUR CERITA : Flashback (maju mundur) bukti pendukungnya ada pada halaman
39 yaitu
sepeninggalan Rian ,wanita separoh baya itu
termenung seorang diri. Pikirannya masih terus memikirkan perubahan sikap
Rian.dan tiba-tiba dia jadi teringat,kalau anaknya meski sudah kelas tiga SMA,
namun belum punya pacar. Padahal, anak lelaki seusia Rian, sudah pacaran .
Bahkan yang baru duduk di bangku SMP saja sudah pacaran.
Ingat akan hal
itu, seketika dia ingat pada seorang gadis cantik yang pernah menolongnya.
Waktu itu, karena meleng, dia hampir saja tertabrak kendaraan saat menyeberang
jalan. Beruntung, seorang gadis cantik berseragam SMA dengan cepat memeluk dan menariknya
ke tepi. Kalau tidak, mungkin dirinya sudah tak bernyawa lagi. Gadis cantik itu
sendiri harus mengalami luka-luka di siku tangan dan lututnya. Bahkan bajunya
robek dan kotor karena menyelamatkannya.
Eksposisi : halaman 5
pada bagian 1 yang isinya, siang dengan
panasnya yang terik, tidak mampu mencegah lima orang anak muda yang masih
mengenakan seragam SMA kebut-kebutan di jalan raya dengan sepeda motor mereka.
Kelima pemuda itu adalah Rian dan teman-teman sekolahnya. Mereka memang dikenal
bandel dan suka kebut-kebutan di jalan raya. Maklumlah, mereka anak-anak orang
kaya. Dengan tanpa menghiraukan panas
teriknya matahari siang , mereka melesat dengnan kencang, saling berlomba untuk
menentukan siapa yang paling cepat sampai.
Konflik :
halaman 49 pada bagian 5 yang isinya, setelah ibu Tias pergi, Rian pun
duduk. Begitu halnya dengan Tias, dia pun duduk di depan Rian. Untuk sesaat
keduanya sama-sama diam. Rian dengan tanpa rasa jemu memandangi wajah cantik
Tias, sementara gadis itu justru menundukkan kepala,seakan tak beraniberadu
pandang dengan Rian. Sungguh berbeda sekali dengan sikapnya saatpertama kali
Rian bertemu dengannya.
“Tias..”
“Ya?”
“Kamu tahu…
semenjak pertama kali kita bertemu, tak sekejap matapun aku bias melupakanmu.
Kemana dan dimana pun aku berada, aku selalu teringat padamu. Sampai-sampai aku
hampir gila karena terus memikirkanmu. Hampir tiap hari, aku pergi ke mall. Aku
berharap bisa kembali bertemu denganmu. Aku tak tahu, apakah ini yang dinamakan
cinta pada pandangan pertama? Sebab selama ini, jujur aku belum pernah
mengalami apa itu yang namanya jatuh cinta”
Tias menghela
nafas panjang
“Rian…”
“Ya?”
“Maafkan sikapku
waktu itu.”
“Tidak apa-apa.
Akulah yang salah…”
“Rian…”
“Ya?”
“Jujur saja,sebenarnya
aku pun merasakan hal yang sama sebagaimana yang kamu rasakan. Meski di mulut
waktu itu aku berkata kasar padamu, tetapi sebenarnya dalam hati aku pun
menyukaimu. Bahkan setelah kejadian di mall, aku jadi seringgelisah sendiri
karena memikirkanmu.”
“Kalau memang
begitu, kenapa kamu tidak menemui aku? Padahal aku yakin, kamu tentu
tahubagaimana perasaanku. Dan aku yakin, kamu pasti tahu aku sering dating ke
mall dengan harapan bisa bertemu denganmu…”
“Itulah
masalahnya, Rian.”
“Maksudmu?”
“Aku takut…”
“Takut?”
Tias mengangguk.
“Apa yang kamu
takutkan? Aku…?”
“Bukan, bukan
kamu. Kalau aku takut padamu, mana mungkin aku menaruh perasaan kepadamu?”
“Lalu apa yang
kamu takutkan?”
“Banyak, Rian.
Banyak…”
“Jelaskan padaku
agar aku tahu..!”
“Pertama,
perbedaan status social kita. Aku yakin, kamu anak orang kaya. Sementara aku…”
“Aku tak perduli
akan hal itu, Tias. Aku hanya tahu, bahwa aku suka padamu dan aku jatuh cinta
padamu pada pandangan pertama. Persetan dengan kekayaan orangtuaku. Itu milik
mereka, buksn milikku. Aku tak perduli akan hal itu…” tegas Rian .”Ada yang
lain?”
“Ya”
“Katakan…”
Belum juga Tias
menjawab, dari dalam terdengar suara tangis bayi.
“Bayi siapa
itu?” tanya Rian.
“Anakku…” desah
Tias lirih terdengar pilu.”
“Anakmu?” ulang
Rian dengan kening mengerut dan wajah menunjukkan ketidak mengertian.
“Ya.”
“Maksudmu?”
“Itulah yang
ingin kuberitahu padamu, Rian. Aku sudahpunya anak…”
“Tapi…aku rasa
usiamu sebaya denganku.”
“Memang.”
“Kamu sudah
menikah?”
Tias menggeleng.
“Tapi…” Rian
jadi bingung dan tak mengerti sendiri dengan apa yang kini dihadapinya. Gadis
yang dikagumi dan dicintainya sudah punya seorang bayi. Tetapi Tias mengatakan
kalau dirinya belum menikah. Ah, bagaimana mungkin wanita yang belum menikah
sudah punya anak?
“Kamu heran
bukan?”
“I…iya. Maukah
menjelaskannya padaku?”
“Memang aku akan
menjelaskannya padamu, sebabaku berharap setelah akmu tahu siapa aku yang
sebenarnya, kamu tidak lagi memuja apalagi mengharapkanku,” desah Tias.
“Ceritakanlah…”
Sejenak Tias
terdiam. Matanya pun mulai berkaca-kaca, seakan dia berusaha membendung airmata
yang hampir tumpah. Airmata kepiluan dan kesedihan. Kemudian dengan suara agak terisak, Tias pun berkata, “Aku baru
duduk di bangku kelas satu SMA, ketika petaka itu terjadi. Hari itu, aku yang
di ajak oleh temanku main ke rumahnya, harus pulang malam. Jarak dari rumah
temanku kemari lumayan jauh, maka aku harus naik angkot. Angkot itu kosong,
hanya ada sopirdanseorang penumpang lelaki. Aku tak curiga, kalau penumpang
itudan sopirangkot berteman. Begitu aku naik, si penumpang langsung menutup
mengunci pintu angkot. Aku ingin berteriak minta tolong, namun dia mengancam
akan membunuhku, kalau aku berteriak…”
Dengan berlinang
air mata, Tias pun mengisahkan kemalangan yang menimpa dirinya. Sementara Rian
dengan wajah menggambarkan emosi dan kemarahan, berusaha mendengarkannya.
Sopir angkot itu
kemudian membawa mobilnya dimana Tias berada ke tempat yang sangat sepi.
Kemudian dengan masih terus mengancam Tias, kedua lelaki durjana itu pun
bergantian memperkosa Tias. Lalu setelah puas, keduanya menurunkan Tias dan
meninggalkannya begitu saja
“Bajingan!”
desis Rian tanpa sadar. ”Apa mereka sudah tertangkap?”
“Sudah, namun
begitu, luka hatiku tak akan pernah sembuh. Apalagi setelah aku tahu, kalau akibat perbuatan mereka, aku mengandung. Ingin
rasanya akumati bunuh diri saja. Namun kalauaku mati, bagaimana dengan ibu?
Maka dengan berusaha menanggung aib dan derita, aku berusaha untuk tetap hidup
sampai sekarang. Aku sudah berusaha
menggugurkan bayi dalam kandunganku, namun segala usahaku sia-sia. Dia tetap
lahir ke dunia ini…”
Konflikasi :
ada pada halaman 79 bagian 9 yang
isinya begitu sampai di rumah, dengan wajah murung ayah dan ibu Rian
menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Keduanya tampak terdiam dengan
pikiran yang berkecamuk tak menentu, setelah mereka tahu kalau Tias yang semula
hendak mereka jodohkan dengan Rian, ternyata sudah punya anak.
“Jadi Tias yang
mama maksud?” tanya Rian. “Coba mama dari pertama ngomong kalau Tias adalah
gadis yang mama maksud, kan kita tidak perlu ribut…”
“Sebaiknya kamu
akhiri hubunganmu denganTias” kata ibu Rian.
“Maksud mama?”
tanya Rian tak mengerti.
“Mama tidak
setuju kamu berhubungan dengannya.”
“Kenapa? Mama
ini aneh deh. Tadi ngotot mau menjodohkan Rian dengan Tias. Kenapa kini
tiba-tiba sikap Mama jadi berubah? Kenapa, Ma?”
“Tanpa mama
kasih tahu, semestinya kamu sudah tahu alasannya, Rian. Kamu kan sudah dewasa,
sudah tamat SMA.”
“Karena Tias
sudah punya anak?”
“Ya!”
“Apa salahnya,
Ma?”
“Jelas salah,
Rian.”
“Katakan
kesalahan Tias dimana? Kenapa pandangan mamayang semula baik dan bahkan
memujinnya, tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat?” tanya Rian.
“Bukankah mama punya hutang budi kepadanya? Dan bukankah mama ingin membalas
hutang budi mama kepadanya?”
“Ya, semula mama
memang ingin kamu dengannya. Tapi waktu waktu itu mama tidak tahu kalau dia
sudah beranak.”
“Apa yang
terjadi pada Tias, bukan kesalahannya, Ma.”
“Mama puntidak
menyalahkannya, Rian. Mama tahu dia memang gadis baik. Tapi ya Tuahan… apa
nanti kata keluarga mama dan keluarga papamu, kalau sampai mereka tahu kamu
berhubungan dengan gadis yang sudah punya anak? Mama tidakbisa membayangkan
bagaimana sikap keluarga kita jika hal itu terjadi, Rian…”
“Persetan dengan
pandangan orang, Ma. Di mata Rian, Tias adalah gadis yang baik. Apa yang
terjadi padanya, bukan kesalahannya. Dia pun selama ini tersiksa, Ma. Sebab
karena perbuatankedua lelaki bajingan itu, Tias harus kehilangan masa depannya.
Dia tidak bisa meneruskansekolahny. Dia dikucilkan oleh para tetangganya dan
juga orang lain. Kenapa kita harus ikut-ikutan mengucilkannya?”
“Cukup, Rian.
Cukup…!” tegas ibu Rian. “Sekali mama bilang tidak ya tidak!”
Klimaks :
halaman 86 pada bagian 9 yang isinya,
“Coba kamu lihat
siapa yang dating,” kata ayah Seno.
Seno pun
menurut. Segera dia bangun dariduduknya, kemudian melangkah ke ruang tamu untuk
melihat siapa yang dating berkunjung ke rumahnya malam-malam begini. Dan Seno
pun seketika dibuat tertegun bagai melihat hantu, ketika dia tahu siapa yang
datang berkunjung ke rumahnya mala mini.
“Rian…”
“Malam, Seno.”
“Malam. Baru
saja kami membicarakan kamu…”
“Oh ya?”
“Ya. Papa ama
mama aja masih ngobrol di ruang tengah.”
Rianto
mengangguk.
“Dari mana
kamu?”
“Dari rumah.”
“Wajah kamu
kusut. Ada apa?”
“Nanti aku
certain. Boleh aku masuk?”
“Pakai nanya.
Apa selama ini aku ama keluarga aku pernah ngelarang kamu masuk ke rumah?” goda
Seno sembari tersenyum.
Rianto pun
melangkah masuk. Kemudian duduk di ruang tamu.
“Ayo kita ke
kamar aku,” ajak Seno.
Rianto pun
menerut. Dia bangun dari duduknya, kemudian mengikuti Seno melangkah ke ruang
dalam.
“Malam, Om,
Tante…?” sapa Rianto saat bertemu dengan ayah dan ibunya Seno.
“Malam, Rian.
Hei, tumben malam-malam kemari?” tanya ayah Seno.
“Iya, Om.”
“Ada masalah?”
“Tidak, Tante.”
“Jangan
berbohong, Rian. Itu tidak baik…” kata ibu Seno. “Dari wajahmu, tante bisa tahu
kalau kamu sedang punya masalah. Katakan pada Tante dan Om, ada apa sehingga
kamu malam-malam kemari?”
“Biasa, Tante…”
“Biasa
bagaimana?” tanya ibu Seno.
“Kamu sudah ijin
sama papa dan mamamu?” tanya ayah Seno.
Rianto tak
menyahut.
“Kamu kabur dari
rumah, ya ?” duga ibu Seno.
Rianto
mengangguk.
“Ada apa?”
“Saya rebut sama
mama, Tante.”
“Kenapa
memangnya?”
“Ayo duduk
disini,” ajak ayah Seno.
Rianto pun
menurut duduk, diikuti oleh Seno yang duduk disampingnya.
“Ceritakan pada
Om dan Tante, ada masalah apa sehingga kamu rebut sama mamamu dan kabur dari
rumah?” pinta ayah Seno.
Dengan wajah
murung sembari menundukkan kepala, Rianto pun menceritakan apa yang terjadi
pada kedua orang tua Seno yang mendengarkannya dengan seksama. Kemudian kedua
orangtua Seno tampak manggut-manggut setelah mendengarkan penuturan Rianto.
“Jadi itu
masalahnya?”
“Iya, Om.”
“Jadi gadis
cantik itu sudah punya anak?” tanya Seno.
Rianto
mengangguk.
“Wuah…”
“Wuah kenapa?”
“Tidak apa-apa.
Aku Cuma tidak nyangka aja…”
“Kenapa? Kamu
juga mau nyalahin aku?”
“Ah, tidak.
Siapa bilang…?”
“Sudah… sudah…
kenapa jadi kalian berdua yang rebut?” tegur ayah Seno.
Rianto dan Seno
pun terdiam.
“Rian…”
“Ya, Tante…?”
“Menurut dugaan
Tante, mungkin mamamu punya pertimbangan dan penilaian lain, sehingga mamamu
tidak menyetujui kamu berhubungan dengan gadis itu,” kata ibu Seno.
“Pertimbangan
dan penilaian apa, Tante? Sudah jelas Tia situ anak baik. Bahkan mama juga sudh
mengenalnya sebelum Rian kenal…”
“Ya, menurutmu
begitu. Tapi menurut penilaian mamamu kan beda. Apalagi seperti yang kamu
ceritakan, Tias sudah punya anak…”
“Tapi itu bukan
salahnya, Tante.”
“Ya, Tante
tahu…” jawab ibu Seno. ”Tapi bagaimanapun juga, Tante tidak bisa menyalahkan
mamamu. Misalnya Tante yang jadi mamamu,Tante pun akan bersikap sama seperti
mamamu. Orangtua mana yang mau anaknya pacaran dengan gadis yang sudah punya
anak? Apa nanti kata sanak keluarga, jika mereka tahu kalau keluarga mereka
menikahi wanita yang tidak jelas statusnya. Dibilang belum menikah, tetapi
sudah punya anak. Dibilang sudah menikah, tapi suaminya tak ada.”
“Rian tidak
perduli apa penilaian orang, Tante. Rian mencintainya, dan Rian tahu kalau kalu
Tias gadis baik-baik. Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami hal seperti
yang dialami oleh Tias, Tante…”
Resolusi :
halaman 123 pada bagian 15 yang isinya, “Tenanglah, Ma. Mama harus
istirahat, jangan bergerak dulu…” kemudian ayah Rian pun menceritakansemua pada
istrinya. Mengenai keadaan istrinya yang kritis karena kekurangan darah.
Mengenai bagaimana dia dengan cemas berusaha mencari darah ke PMI dan rumah
sakit lain, namun tak ada satu pun rumah sakit yang memiliki stok persediaan
darah yang golongannya sama dengan golongan darah istrinya. ”Papa hampir putus
asa, Ma. Saat itu Tias datang. Dia sangat mencemaskan mama. Bahkan begitu
melihat keadaan mama, Tias menangis. Lalu ketika papa menceritakan kalu mama
membutuhkan tambahan darah, Tias bertanya apa golongan darah mama. Lalu papa
jawab golongan darah mama O positive. Dan ternyata, golongan darah Tias juga O
positive. Dia kemudian meminta dokter untuk mengambil darahnya agar bisa
menyelamatkan nyawa mama. Dan itulah yang terjadi. Karena darahnya, mama
selamat. Bukan itu saja. Selama mama dirawat disini, Tias yang senantiasa
menjaga mama. Dia selalu menjalankan sholat sembari memohon kepada Tuhan agar
mama disembuhkan…”
“Ohhh…” ibu
Rianto mengeluh. “Dua kali dia menyelamatkan nyawa mama, Pa.”
“Ya.”
“Hatinya begitu
tulus dan luhur.”
“Iya,Ma.”
“Panggil dia,
Pa. Mama ingin bicara dengannya.”
“Baik, Ma.”
Ayah Rian pun
beranjak keluar untuk menemui Tias. Tidak lama kemudian, ayah Rian kembali
masuk, kali ini dia bersama dengan Tias.
“Tias…”
“Saya, Bu…”
“Kemarilah
sayang…”
“Ibu…” Tias tak
mampu lagi membendung keharuannya demi mendengar ibu Rian memanggilnya dengan
saying.
“Maafkan sikap
ibu ya?”
“Ibu jangan
berkata seperti itu. Ibu tidak bersalah. Anisalah yang semestinya
meminta maaf pada ibu…”
“Tidak, Nak.
Tidak… kamu anak baik. Hatimu luhur dan bersih… dua kali kamumenyelamatkan
nyawa ibu. Entah bagaimana ibu bisa membalas semua kebaikanmu, Nak…”
“Jangan berkata
seperti itu, Bu. Bagi Tias, ibu sudah tias anggap ibu Tias sendiri. Jadi sudah
sepantasnya sebagai seorang anak Tias berkorban. Jangankan hanya seperti itu,
meski nyawa Tias dipertaruhkan pun, Tias akan rela, Bu…”
“Oh, Nak…” ibu
Rian memeluk Tias yang membalasnya dengan penuh keharuan. Sehingga untuk
beberapa saat, keduanya saling berepluk tangis.
Pada saat itu,
dari pintu muncu; Rian.
“Mama…”
“Rian…”
“Mama…” Rian
segera menghampiri ranjang dimana ibunya berada. “Maafkan Rian, Ma. Karena
Rian, mama jadi begini. Maafkan Rian, Ma. Ampuni Rian…”
“Mama sudah
memaafkanmu, sayang. Mama juga merestui hubungamu dengan Tias. Tapi mama minta
kamu janji…”
“Apa, Ma?”
“Kamu harus
mencintai dan menyayangi Tias dengan sepenuh hati”
“Rian janji,
Ma.”
“Kamu dari mana
saja selama ini?”
“Rian di rumah
teman, Ma.”
“Tapi, bukankah
kamu naik bus ke Brebes?”
“Mulanya Rian
memang mau ke Brebes. Namun Rian urungkan. Rian kemudian turun dan naik taksi
ke rumah Seno…”
“Jadi, selama
ini kamu di rumah Seno?”
“Iya, Pa.”
“Keterlaluan!
Kenapa papanya Seno tidak kasih tahu sma papa?” omel ayah Rian. “Lihat saja
besok, akan kutegur dia!”
“Jangan, Pa…”
“Kenapa?”
“Rian yang minta
papanya Seno agar jangan ngasih tahu sama papa kalauRian ada di rumahnya.”
“Itu sebuah
kesalahan.”
“Kalau papa mau
menghukum, hukum saja Rian.”
“Baik kalau itu
maumu. Papa akan menghukummu.”
“Apa hukumannya,
Pa?”
“Kamu belum
boleh menikahi Tias, sebelum kamu menyelesaikan pendidikanmu diAKABRI.”
Rian melongo
bengong, kemudian memandang kea rah Tias. Yang dipandangcuma tersenyum-senyum.
Sore yang cerah
dan indah, semakin bertambah indah dengan cinta yang ada diantara mereka.
SUDUT PANDANG
Orang
ketiga tunggal yang artinya penulis ada diluar cerita tidak terlibat dalam
cerita. Penulis juga menampilkan para
tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”. Bukti pendukung salah satunya
ada pada halaman 28 bagian 3
Apa
yang dirasakan oleh Rian, sebenarnya dialami pula oleh gadis cantik itu. Entah
mengapa, sejak bertemu dengan Rian, perasaannya jadi senantiasa gelisah tak
menentu. Ingin rasanya dia melupakan bayangan pemuda itu, namun semakin kuat
dia berusaha melupakan, semakin kuat pula bayangan wajah Rian mencengkeram
jiwanya.
“Ini tidak
mungkin…” desah gadis cantik itu. “Tapi, kenapa aku tidak bisa melupakannya?
Kenapa?”
BAHASA
Bahasa yang dipakai di novel ini adalah bahasa indonesia tidak baku
karena ada kata-kata seperti yang dibawah ini :
1.
Ama :
sama
2.
Oh my god :
bahasa inggris
3.
Manggut-manggut :
mengangguk
4.
Aja :
saja
5.
Bokap :
bapak / ayah
SETTING
Bermacam-macam dilihat dari konflik dan kejadian yang dialami para tokoh dalam
cerita salah satunya yaitu ;
1.
Setting
tempat
Ada
pada halaman 73, paragraf 1, bagian 8.
Rian
terperangah, begitu tahu kalau rumah yang hendak dituju mereka adalah rumah
Tias. Oh my god. Ternyata gadis yang dimaksud mama adalah Tias. Ya Tuhan, kalau
saja aku tahu kalau gadis yang dijodohkan ama aku Tias, tidakmungkin aku
menolak dan harus rebut sama mama. Maafin Rian, Ma. Desah Rian dalam hati.
“Itu
rumahnya, Pa,” kata ibu Rian sembari menunjuk ke rumah Tias.
“Ohhh…”
ayah Rian pun menghentikan mobilnya.” Ayo kita turun…”
2.
Setting
waktu
Ada
pada halaman 61, paragraf 2, bagian 6.
Setelah
menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit dari took pakaian dan mainan
anak-anak, Rian pun tiba di rumah Tias. Segera dia mematikan mesin sepeda
motornya, menguncinya, lalu turun dan melangkah ke pintu rumah itu.
3.
Setting
suasana
Ada
pada halaman 5, paragraph 1, bagian 1.
Siang
dengan panasnya yang terik, tidak mampu mencegah lima orang anak muda yang
masih mengenakan seragam SMA kebut-kebutan di jalan raya dengan sepeda motor
mereka.
KRITIK
1.
Halaman 7 tidak cocok dengan, halaman 4 mengenai
jumlah teman Rian.
c.
Halaman 7 :
“sambut Rian setuju. Kemudian dia pun mengajak ketiga temannya
menuju ke lantai tiga mall, dimana terdapat restoran siap saji.
d.
Halaman 5 :
“Siang dengan panasnya yang terik, tidak mampu mencegah lima orang anak muda
yang masih mengenakan seragam SMA kebut-kebutan di jalan raya dengan sepeda
motor mereka.
e.
Penyelesain :
yang saya tangkap di cerita ini jumlah teman Rian hanya ada 3 bukan empat
karena namanya hanya tercantum 3 nama yaitu, Andri, Rudi, dan Seno. Tidak
sesuai dengan yang ada pada halaman 5 yang menyatakan 5 orang anak muda yang
seharusnya dituliskan 4 orang anak muda.
2.
Halaman 22 kalimat yang tidak sesuai.
f.
Aku ingin sendiri, dan aku harap kamu berdua
mengerti perasaan aku,” kata Rian kepada ketiga temannya.
KELEBIHAN NOVEL
Bahasanya mudah
dipahami.alur ceritanya mudah dimengerti. Pembaca seakan ikut berimajinasi
ketika membaca novel ini.
KEKURANGAN NOVEL
Terjadi kalimat
yang berselisih dengan kalimat lain seperti seperti kritik yang saya sampaikan
diatas.
AMANAT
1. Perbedaan itu bukan menjadi penghalang, untuk
menjalin suatu hubungan kekerabatan. Namun perbedaan itu bisa menjadi
pelengkap.
2.
Masa lalu biarlah berlalu, jalanilah masa sekarang
dan siapkan diri untuk menuju masa depan yang lebih baik.
3.
Kejarlah dan yakinlah dengan apa yang engkau
yakini, selagi hal itu masih di jalan yang benar.
Terima
Kasih
ini hasil resensi sendiri. membaca teruslah membaca
BalasHapusInalilahi wainalilahi rojiun
BalasHapusR.I.P FREDY SISWANTO
Sat, January, 24 2015 - 16:00 WIB
One of the best novelist in Indonesia
I know I have to let you go, how do I will, I dont know
I know This is your time to die, what I don't know is how to say good bye
May you Rest in Peace Papa
i love this novel, could you save it as pdf?
BalasHapusCaesars Palace - Dr. Maryland
BalasHapusOur Hospitality Directory features a wealth 고양 출장안마 of local entertainment and premier dining in a 서울특별 출장마사지 world that is full of entertainment, dining, 수원 출장마사지 shopping, Check In: 상주 출장샵 4:00 p.m.Phone 나주 출장샵 Number: 1-800-426-6000